Selasa, 12 April 2011

Histologi Sistem Pernafasan

A. SISTEM PERNAFASAN

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Bumi tempat kita hidup diselubungi oleh suatu lapisan udara yang terdiri dari senyawa gas, antara lain nitrogen (N2), oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan gas mulai.
Walaupun tidak menjadi gas yang paling banyak di udara, oksigen sangat penting bagi makhluk hidup. Sel-sel tubuh kita memerlukan oksigen untuk melakukan ‘pembakaran’. Makanan ‘dibakar’ agar menghasilkan energi. Energi tersebut diperlukan sel untuk menjalankan fungsinya. Karbon dioksida yang dihasilkan pada proses pembakaran ini bila terakumulasi dapat membahayakan tubuh, karenanya harus segera dikeluarkan dari tubuh. Proses dalam uraian di atas disebut respirasi sel.
Sistem pernapasan bertugas mengambil oksigen dari udara. Setelah sampai di paru-paru, oksigen dipindahkan ke darah dan diedarkan ke seluruh tubuh. Di dalam pembuluh darah, oksigen ditukar dengan karbon dioksida. Karbon dioksida sebagai hasil oksidasi respirasi sel ini kemudian dibawa ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara dengan tubuh makhluk hidup disebut respirasi.
Sistem pernapasan dan sistem sirkulasi bekerjasama dalam suatu sistem tertutup. Sistem sirkulasi terdiri dari dua sirkuit, yang satu bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh (sirkuit mayora), sementara yang lain mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru (sirkuit minor).
Organ pernapasan terdiri dari saluran yang dimulai dari hidung, lalu ke pharynx, larynx, bronchus, dan kemudian berakhir di alveolus pulmonal. Dinding gelembung alveolus yang elastis dan banyak mengandung kapiler darah memungkinkan terjadinya pertukaran O2 dan CO2 dengan efisiensi maksimum.


I.2 Rumusan Masalah
Hal-hal yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :
 Apa yang dimaksud dengan sistem pernapasan?
 Apa saja organ penyusun system pernapasan?
 Bagaimana struktur histologi dari rongga hidung ,larings,trakea,bronkus, dan paru-paru?
 Bagaimana perbedaan struktur histologi dari organ penyusun sistem pernapasan?

I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulih ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai system pernapasan ,organ pernapasan ,struktur histologi dari organ pernapasan.

I.4 Metode Penulisan
Metode yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah melalui metode kepustakaan dan mengumpulkan data melalui internet.








II. PEMBAHASAN

SISTEM PENAPASAN
Sistem pernapasan merupakan tempat terjadinya pertukaran gas antara darah dan udara. Sistem respirasi dibagi menjadi dua bagian pokok yaitu : bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi berperan sebagai pencuci, memanasi atau mendinginkan dan membuat udara lebih lembab, sedangkan bagian respirasi merupakan tabung yang menghubungkan dunia luar dan paru-paru.
Fungsi primer sistem pernapasan ialah menjamin terlaksananya pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida) antara organisme dengan lingkungannya. Penyalur udara (rongga hidung, nasofarings, laringofarings, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus) menjamin aliran udara pernapasan dari dan ke daerah pertukaran udara dalam pau-paru.
1. RONGA HIDUNG
Vestibulum Hidung
Rongga hidung dibagi dalam unit kanan dan kiri, dibatasi oleh suatu sekat terdiri dari tulang rawan atau tulang. Ke arah rostral langsung di belakang hidung disebut vestibulum hidung (region vestibularis) dan yang ke arah kaudal adalah rongga hidung sebenarnya.
Kulit apeks nasalis berlanjut dengan gradien jaringan selaput lendir dari rongga hidung yang sebenarnya. Ke arah rostral, daerah kutan vestibulum hidung dibalut oleh epitel pipih banyak lapis berpigmen dan bertanduk tebal. Di tengah daerah vestibulum, epitel lebih tipis dan tidak bertanduk. Bagian kaudal vestibulum hidung dan sepertiga bagian rostral dari rongga hidung sebenarnya merupakan daerah transisi dengan epitel kubus sampai silinder banyak lapis tanpa silia. Sel-sel epitel permukaan di daerah transisi tersebut mengandung inti multilobus (multilobated nuclei), memiliki mikrovili pada permukaannya, dan sering berbentuk bulat. Jaringan ikat pada dermis vestibulum hidung memiliki interdigitasi berupa papil-papil dengan daerah basal epitel.
Pada hewan piaraan terdapat kekhususan dalam vestibulum hidung. Pada bangsa babi, bagian rostral vestibulum hidung dibalut integumentum yang mengandung bulu rongga hidung (vibrissae), kelenjar palit, dan kelenjar peluh. Lubang kedua dari duklus nasolakrimalis sering tampak di permukaan kaudolateral pada konka ventralis anjing dan babi. Stratum papilaris dai papil-papil dermis anjing memilki banyak papil dan kapiler yang membentuk lup.
Rongga Hidung Sejati
Lumen hidung sejati dibagi oleh lamel-lamel konka ventral, dorsal dan etmoidal. Epitel yang membalut bagian besar belahan kaudal dari rongga hidung sejati adalah silinder banyak baris bersilia. Pembalut meatus nasalis medius lebih tipis dan mengandung lebih sedikit silia dan sel mangkok. Selapu lendir olfaktori terdapat pada daerah permukaan kaudal pada konka etmoidalis dan septum nasal.
Epitel bersilia di luar daerah olfaktori dalam rongga hidung mengandung sel-sel tipe basal, bersilia, sekretori dan sel kuas (brush cell). Sel-sel basal berbentuk silinder yang pekat electron, bertaut pada lamila basalis diperkuat oleh hemidesmosomn. Tiap sel-sel bersilia memiliki 200 sampai 300 silia aktif, di samping banyak mikrovili yang menjulur kje dalam lumen. Kerusakkan struktur mikro pada silia menyebabkan gerakan silia mundur atau kurang efektif. Sindrom silia pasif, merupakan kondisi di mana saluran pernapasan mengalami infeki, berulang secara kuat sebagai akibat kelainan silia bawaan. Hewan dengan sindrom ini sering mengalami pembalikkan ke kiri atau ke kanan pada posisi alat jeron rongga dada dan organ perut (situs inversus totalis). Struktur sel-sel sekretori, yang terjadi baik pada sel mangkokj (goblet cell) atau sel penghasil lender, bervariasi menurut fase sekresi serta lokasi dalam rongga hidung. Sel mangkok memiliki posisi inti yang terdesak kea rah basal. Pada permukaan sel terdapat mikrovili pendek. Sekreta sel mangkok pada hewan umumnya mengandung sulfated acid glycoprotein yang merupakan komponen lendir yang utama (mucus). Sel kuas (brush cell) memiliki mikrovili panjang dan tebal, serta mengandung berkas filamen mikro. Sel ini diduga bersifat reseptor sensori, karena memiliki ujung saraf berasal dari nervus trigeminus.
Mukosa daerah kaudal rongga hidung yang bukan daerah olfaktori memiliki pembuluh darah lebih banyak serta lebar daripada daerah vestibularis ,daerah transisi atau daerah olfaktori. Lapis submukosa disebut stratum kavernum . Pada anjing stratum kavernum ini lebih vascular dari hewan piaraan lain , mengandung sekitar 35% pembuluh darah. Glandula nasalis berbentuk tubuloasinar bercabang , tersebar antara vena dan stratum kavernum . Pada mamalia domestik,kelenjar tersebut mengeluarkan sekretanya melalui epitel pada semua daerah rongga hidung .

Organ Olfaktori
Secara mikroskopik , mukosa olfaktorius dapat dikenali atau dibedakan dari daerah bukan olfaktori disekitarnya, karena epitel lebih tebal , dan banyak kelenjar terorientasi vertical, serta banyak berkas serabut saraf tanpa myelin dalam lamina propria
Mukosa olfaktorius dibalut epitel slinder banyak baris bersilia yang terdiri dari sel utama : sel basal, sel neurosensori (sel olfaktori ), dan sel penunjang . Struktur sel basal mirip dengan sel pada epitel diluar daerah olfaktori.
Sel neurosensori olfaktori dewasa berbentuk neuron bipolar dengan perikarion didaerah basal epitel dengan dendrit mencapai lumen,sedangkan akson keluar dari epitel mencapai bulbus olfaktorius susunan saraf pusat .
Sel penunjang (sustentacular cel)memipih mulai dari basis sempit pada membrane basal dan melebar kearah lumen . Intinya mengambil warna lebih cerah, terletak agak superficial dari sel – sel neurosensori. Pada daerah apparatus golgi , rER terdapat supranuklear , sER tersebar diseluruh sitoplasma . Mikrovili , sering bercabang , tersebar pada permukaan bebas sel penunjang.

Organ Vomeronasal
Organ Vomeronasal terletak dalam mukosa bagian ventral septum nasi ,berbentuk buluh dengan ujung buntu , bagian luar terdiri dari tulang rawan penunjang , lamina propria dibagian tengah yang bersifat vascular serta glandular , dan epitel saluran dibagian dalam. Tulang rawan vomeronasal yang bersifat hyalin berbentuk J, menutup hampir semua bagian , kecuali daerah dorsolateral oragan tersebut. Epitel mengalami perubahan dari epitel kubus banyak lapis didaerah rostral menjadi epitel silinder banyak baris bersilia didaerah kaudal duktus vomeronasal . Bagian dendrit dari sel neurosensori vomeronasal, berbeda dengan sel neurosensori daerah olfaktori, karena tidak memiliki dendritic bulb ,tetapi memiliki mikrovili sebagai pengganti silia pada permukaan selnya. Banyak mitokondria , benda basal,dan badan penumbuh silia (cilliary precursor bodies) terdapat didaerah apeks sitoplasma.
Sel – sel neurosensori vomeronasal pada anjing memiliki silia yang tidak bergetar pada permukaan epitel (streocillia).
Kelenjar vomeronasal menumpahkan sekretanya dalam lumen organ vomeronasal,lazimnya melalui komisura antara dinding mukosa lateral dan medial. Organ Vomeronasal berfungsi sebagai kemoreseptor senyawa cair dengan daya uap rendah. Organ Vomeronasal berkaitan dengan sikap meringis [lip-curl type of facial grimace (flehmen) action ] yang diperliahatkan beberapa mamalia jantan, untuk mengenali substansi dalam urine hewan betina. Pada sejumlah mamalia , kemampuan mendeteksi bau betina birahi menimbulkan peningkatan kadar testosteron dalam plasma darah hewan jantan . Pada kuda, duktus insisivus kearah ventral berujung buntu,berhubungan dengan rongga hidung , tetapi tidak dengan rongga mulut .

Sinus paranasalis
Mukosa pembalut sinus paranasalis lebih tipis dari rongga hidung . Hanya sedikit kelenjar subepitel atau pembuluh darah tersebar dalam selaput lendir pada berbagai sinus. Epitelnya tampak rendah , bersilia , silinder banyak baris dan mengandung sel mangkok . Getaran silia akan mengangkut lendir kearah lubang yang menghubungkan sinus dengan rongga hidung .

2. FARING

Terdiri atas pars respiratoria (nasofaring) dan pars digestoria (orofaring). Dinding dorsal palatum molle terdiri atas mukosa dan tulang, sedangkan dinding faring dibentuk oleh mukosa, fasia pharingea interna, otot seran lintang fasia faringea eksterna dan tunika adventitia yang bersifat longgar. Dinding faring banyak mengandung pembuluh darah dan limfe. Pembuluh limfe ini berhubungan dengan pembuluh limfe kavum nasi. Serabut saraf membentuk pleksus superfisial dan profundal.

Nasofarings
Nasofarings adalah bagian farings bagian dorsal , terletak dorsal palatum molle dan menjulur dari rongga hidung kearah laringofarings . Epitel pembalut berbentuk silinder banyak baris bersilia dengan sel mangkok. Epitel daerah kaudodorsal dari palatum molle , yang berhubungan dengan dinding dorsal nasofarings selama proses menelan , atau dengan epiglotis,berbentuk pipih banyak lapis . Nodulus limfatik tampak jelas pada bagian dorsal nasofarings,pada garis tengah tempat berkumpul dengan membentuk tonsil farings .

3. LARINGS
Dibalut oleh mukosa dan ditunjang oleh tulang rawan . Tulang rawan Larings berhubungan satu sama lain dengan trakea dan hyoid apparatus melalui ligamen. Otot kerangka ekstrinsik menggerkan larings selama menelan berlangsung,sedangkan otot kerangka intrinsic menggerakan tulang rawan larings secara individu selama pernafasan dan bersuara. Mukosa epiglotis , vestibulum larings dan plika vokalis dibalut oleh epitel pipih banyak lapis bertanduk . Epitel tersebut membalut ventrikel larings kuda. Reseptor saraf pada epitel larings memberikan respon terhadap cairan seperti air, susu, cairan lambung ,dan air liur . Mengandung banyak serabut elastik , leukosit , sel plasma dan sel mast . Pada babi dan ruminansia kecil, tonsila paraepiglotika terdapat pada basis epiglotis. Tonsil ini sering terlihat pada kucing. Kelenjar tubuloasinar sederhana bercabang terdapat dalam lamina propia dan submukosa; kelenjar ini tidak terdapat pada vestibulum dan plika vokalis. Hampir seluruh tulang rawan larings betipe hyaline, perikondriumnya bersatu dengan submukosa berbatasan . Epiglotis karnivora sering terdiri dari dinding luar tulang rawan yang didalamnya berisi sel – sel lemak , jalinan serabut membentuk tunika adventisia mengitari tulang rawann larings dan otot kerangka.

4. TRAKEA
Trakea merupakan penyalur udara antara larings dan bronkus , berbentuk buluh yang semifleksibel dan semikolaps, terdapat dibagian ventral leher , terbentang mulai larings sampai rongga dada. Secara histologik , dinding trakea memiliki empat lapis : mukosa ,otot, tulang rawan ,dan adventisia.
Mukosa trakea terdiri dari epitel silinder banyak baris bersilia dan lamina proprianya. Pada epitel trakea dikenal tujuh macam sel : sel basal, sel mangkok, sel bersilia , sel sikat (brush cell),sel serous ,sel clara dan sel neuroendokrin. Sel basal ini dianggap sebagai sel bibit(progenitor) untuk sel – sel lain dalam epitel . Sel mangkok ,sel bersilia , dan sel sikat pada trakea mirip dengan yang terdapat pada sistem pernafasan bagaian atas. Inti sel serous terletak basal dan pemukaannya memiliki mikrovili, mengandung banyak rER dan badan pekat elektron didaerah apeks. Sel – sel neuro endokrin ,juga dikenal sebagai sel – sel Kultschitzky (sel K) atau sel –sel amine precursor uptake decarboxylation (APUD) ,berbentuk khas piramid dengan basis pada lamina basalis dan mengandung butir argirofil pekat ,banyak ER,apparatus golgi ,ribosom dan filamen. Kelenjar trakea merupakan penjuluran epitel permukaan ke dalam jaringan ikat subepitel ,berbentuk kelenjar tubuloasinar yang bersifat seromukous yang tetap berhubungan dengan lumen melalui alat penyalur ,beberapa di antaranya memiliki silia .Ujung kelenjar sebagian besar terletak didaerah submukosa,bagian proksimal berbentuk buluh (tubulus) yang bersifat mukous ,sedangkan bagian distal berbentuk asinus dengan epitel utamanya bersifat serous. Sel – sel serous merupakan mayoritas ujung kelenjar pada sebagian besar hewan ;sekretanya berbentuk glikoprotein netral yang kadang –kadang mengalami sulfasi .Sel –sel serous yang mengahasilkan protein ,butir sekretanya kecil ,pekat , memiliki ciri tersendiri , dan terdapat dalam sitoplasma yang kaya akan rER. Jumlah cincin tulang rawan trakea bervariasi ,tidak hanya antar jenis yang berbeda ,juga antar individu dari satu spesies. Otot trakealis berbentuk pita otot polos ,tersusun transversal antara ujung bebas bagian dorsal tulang rawan ,dan terdapat sepanjang seluruh panjang trakea. Pada sebagian besar spesies kecuali anjing dan kucing ,otot polos bertaut pada jaringan ikat pekat tidak teratur dari perikondrium pada bagian dalam cincin, umumnya pada jarak tertentu dari ujung tulang rawan . Pada karnivora pertautan ini justru diluar permukaan tulang rawan. Pembuluh darah besar dan saraf sering terdapat disekitar pita otot polos tersebut.
5. PARU - PARU
Hampir seluruh rongga dada diisi oleh paru-paru kanan dan kiri. Secara umum, paru-paru dibagi menjadi sistem penyalur udara intrapolmunar, parenkim atau sistem respirasi, dan pleura. Sistem penyalur udara intrapumonar (bronkus dan bronkiolus), mencagkup sekitar 6% dari paru-paru. Parenkim (sistem respirasi), atau daerah pertukaran gas, teriri dari duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli, yang mencakup kira-kira 85% dari seluruh paru-paru. Paru-paru dibalut oleh, jaringan ikat dan sel-sel mesotel membentuk pleura viseralis. Bersama dengan pleura, pembuluh darah, saraf dan bronkiolus mengisi sisananya yang 9% sampai 10% dari paru-paru.

Bronkus
Percabangan bronkus terbentuk oleh bronkus primer, membentuk penyalur udara. Penyalur udara intrapolmunar yang paling besar disebut bronkus lobus ( lobar bronchi ), masing-masing merupakan cabang langsung bronkus primer yang masuk lous paru-paru melalui hilus. Tiap bronkus lobus bercabang dua an selanjutnya bercabang lagi. Percabangan berlangsung terus sampai mencapai daerah pertukran udara. Sistem percabangan ini disebut percabanga udara dikotomi semu ( pseudodichotomous branching ).
Secara histologi, bronkus mirip trakea, kecuali berbagai lapisannya yang lebih tipis. Bronkus dibalut epitel silinder banyak baris, terutama terdiri dari sel-sel yang mampu bersekresi, sel bersillia dan sel bassal. Bronkus, dibanding dengan trakea secara proposional memiliki jumlah sel lebih sedikit. Kompososisi epitel ke arah distal berubah untuk satu spesies. Bronkus proksimal memiliki lebih banyak sel epitel dan sel basal untuk tiap unit daerah bagian distal. Pada satu spesies, diamana sel-sel mukous dominan pada epitel permukaan, presentasi popilasi sel mukous pada saluran ke arah distal mengecil, sedangkan untuk sel clara justru membesar. Kelenjar submukosa lebih sedkit dan lebih kecil pada bronkus proksimal dibandingkan dengan trakea. Pada karnivora, bronkus intrapulmonar memiliki kelnjar, juga pada ruminansia (sapi, domba ), kuda dan babi. Struktur submukosa pada bronkus bervariasi dari proksimal ke arah distal dan kelenjarnya semakin bekurang ke arah distal.


Bronkeulus
Bagian distal salura udara intrapulmonar adalah bronkiolus secara histologi dapat dibedakan dengan bronkus. Secara umum brokeolus terdiri dari epitel, dan sedikit jaringan ikat, tanpa adanya kelnjer dan tulang rawan. Bronkiolus tanpa alveolus yang terbuka langsung pada dindingnya, disebut tanpa alveolus. Beberapa anak cabang bronkus tanpa alveolus terdapat pada kuda, sapi, dan domba, tetapi umumnya hanya satu atau dua anak cabang bronkiolus tanpa alveolus terdapat pada paru-paru anjing dan kucing. Pada anjing dan kucing, epitel bagian distal bronkiolus tanpa alveolus mengandung sel-sel bersillia dan sel Clara dengan perbandingan 1:19.
Ada dua kekecualian stuktur daerah distal bronkiolus tanpa alveolus. Pada mamalia laut dan kera mamakus, tulang rawan masih terdapat pada bronkiolus terminalis, disamping itu, epitel pembalut saluran udara berbentuk banyak lapis, mengandung sel basal, sel bersilia, sel mukousa.

Pleura
Pleura adalah membrana serosa yang membungkus pulmo. Terdiri atas dua bagian yakni : yang menempel pada pulmo disebut pleura viseralis, dan menempel pada kavum thorakis disebut pleura parietalis. Pleura terdiri atas lapisan tipis, jaringan kolagen yang kaya fibroblast dan makrofag. Disamping itu ditemukan pula berkas serabut elastis yang berjalan tidak beraturan kearah permukaan, seperti peritoneum permukaannya tertutup oleh mesothelium. Gambaran yang mencolok pada pleura yakni ditemukannya kapiler darah dan vasa limfe yang banyak. Nervi pada pleura parietalis berhubungan dengan nervus phrenikus dan nervus interkostalis yang terdapat pada pleura viseralis merupakan cabang dari nervus vagus dan nervus simphatikus yang menginervasi bronkhi.



B. SISTEM URINARIA

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia tidak akan pernah lepas dari sistem urinaria, yakni sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Mengingat pentingnya sistem urinari maka disini akan dicoba untuk dijelaskan mengenai struktur histologi dari sistem urinari, mulai dari pengertian,struktur,komponen pendukung dan lain sebagainya. Agar dapat dimengerti juga bagaimana sistem urinari itu dapat berjalan dan organ apa saja yang menyusun sistem urinari.
1.2 Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan sistem urinari tersebut?
 Apa saja organ penyusun sistem urinaria dan bagaimana struktur histologi dari organ penyusun sistem urinaria?
 Apa perbedaan struktur histologi masing-masing organ penyusun sistem urinaria?
I.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulih ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai system urinaria ,organ urinaria ,struktur histologi dari organ urinaria.
I.4 Metode Penulisan
Metode yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah melalui metode kepustakaan dan mengumpulkan data melalui internet.

II. PEMBAHASAN

SISTEM URINARIA
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkencingan atau sistem urinaria meliputi : Ginjal, Vesika urinaria dan beberapa salurannya.
1. GINJAL / REN
Bagian paling luar adalah kapsula, serabut halus keluar dari kapsula menyisip parenkhim ginjal bersama pembuluh darah. Renal tubulus dianggap identik dengan nefron pada mamalia. Terdiri atas :
a. Korpuskuli renalis dengan glomeruli relatif lebih kecil dari mamalia.
b. Tubuli kontorti proksimalis, memepunyai epithel kubis dengan brush border, inti ditengah dan sitoplasma berbutir halus, diduga butiran urat.
c. Jerat henle memiliki epithel sama, namun tidak memiliki brush border, tetapi pada sitoplasma terdapat vakuola.
d. Tubuli konturti distalis memiliki lumen lebih luas, epithelnya lebih pucat dan berbentuk kubis.
e. Alat penyalur mulai dari duktuli koligentes dengan epithel kubis, terus ke duktus Bellini dan akhirnya masuk ureter
Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar. Pada umumnya jumlah ginjal sepasang (dua buah) yang terdapat di dalam rongga perut dengan hilus renalis yakni tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter, mempunyai permukaan yang rata, kecuali pada sapi ginjalnya berlobus. Selubung ginjal (Ren) disebut kapsula ginjal, tersusun dari campuran jaringan ikat yakni serabut kolagen dan beberapa serabut elastis.
Struktur histologi ginjal pada berbagai jenis hewan piara tidak sama, sehingga bentuk ginjal dibedakan menjadi:
 Unilober atau unipiramidal: pada kelinci dan kucing mempunyai struktur histologi sama, yakni tidak dijumpai adanya percabangan pada kalik renalis, papila renalis turun ke dalam pelvis renalis, dan duktus papilaris bermuara pada kalik. Pada kuda, domba, kambing, dan anjing terjadi peleburan dari beberapa lobus, sehingga terbentuk papila renalis tunggal yang tersusun longitudinal.
 Multilober atau multipiramidal : bentuk ini dijumpai pada babi, sapi, dan kerbau. Lobus (piramid) dan papila renalis lebih dari satu jelas terlihat.
Fungsi ginjal :
1. Membuang sisa hasil metabolisme dengan cara menyaring dari darah berupa air seni (urin)
2. Mengatur kadar air, elektrolit tertentu serta berbagai bahan lain dari darah
3. Membuang bahan yang berlebihan atau tidak lagi dibutuhkan tubuh
4. Sebagai kelenjar endokrin (sel juksta-glomeruli dan makula densa) yang mengatur hemodinamika serta tekanan darah dengan menghasilhan zat renin.
5. Fungsi ginjal erat hubungannya dengan paru-paru dan kulit dalam mempertahankan volume dan komposisi darah terhadap beberapa zat tertentu. Pada darah zat tersebut mempunyai nilai ambang yang konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat tersebut dibuang melalui ginjal, paru-paru, maupun kulit.
Sinus renalis
Disusun atas :
1. Pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang melebar.
2. Arteri, vena dan nervus.
3. Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar ) dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi.
Kortek ginjal terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus konvulatus proksimalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medula dijumpai sebagian besar nefron pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolektivus. Setiap ginjal mempunyai satu sampai empat juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang disebut nefron.

Renal Korpuskula
Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut : Kapsula Bowman.
Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding kapiler. Korpuskula renalis mempunyai katup vaskular dimana darah masuk ke arteriole aferent dan keluar melalui arteriole aferent.
Tubulus Konvulatus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60. Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 dengan jarak satu dengan yang lainnya 0.03. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.
Loop of Henle’s
Loop of Henle’s banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai 15. Loop of henle’s berbentuk seperti huruf “U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis. Pada bagian desenden mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden mempunyai lumen yang agak besar dengan panjang 9 mm dengan diameter 30.
Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga terjadi di daerah atas dari Loop of Henle’s.
Tubulus Konvulatus Distalis
Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara lain : Sel epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada potongan melintang
Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.
Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.
Tubulus kolektivus
Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40  dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 , panjangnya mencapai 30-38 mm.
Sirkulasi Darah
Ginjal menerima darah dari arteria renalis yang masuk melalui hilus dan bercabang membentuk arteria interlobularis yang terletak antara piramid malpighi. Selanjutnya arteri ini bercabang lagi menjadi arteri arkuata dan bercabang lagi menjadi arteria interlobularis. Arteria Interlobularis bercabang lagi menjadi arteria aferent yang masuk ke glomerulus, selain itu ada juga arteri interlobularis melanjutkan diri menuju kapsula ginjal yang disebut arteri stelata.
Setelah darah mengalami filtrasi, maka akan keluar melalui arteriola eferent gromeruli. Cabang arteriol eferent akan memberikan makanan untuk tubulus dan daerah distal untuk kortek ginjal. Cabang arteriola eferent bersatu membentuk arteriola rekta, dari venula ini bersatu lagi menjadi vena interlobularis dan selanjutnya menjadi vena interlobularis yang akhirnya keluar ginjal melalui vena renalis. Pada manusia dengan berat badan ± 70 kg pada kedua buah ginjalnya dialiri darah sebanyak 1200 cc setiap menit
Histofisiologi Ginjal
Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi, absorpsi aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli setiap 24 jam pada ke dua ginjal. Dari jumlah ini beberapa bagian di resorpsi lagi keluar dari tubulus.
Pada tubulus konvulatus proksimalis dan distalis terjadi proses resorpsi dan ekskresi, dimana beberapa bahan seperti : glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi, sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus. Pada daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir tergantung dari keadaan cukup tidaknya anti-diuretik hormon (ADH). Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air.
Pelvis Renalis
Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis.
Bangun histologinya adalah sebagai berikut : Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak mukus.
Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot polos, jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler. Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf.

2. URETER
Selaput lendir ureter membentuk lipatan memanjang (longitudinal) dengan epithel banyak baris. Pada tunika propria sebagaimana pada bangsa burung banyak ditemukan limfosit.
Tunika muskularis terdiri atas otot polos, lapis terluar adalah adventitia. Ureter sebelum memasuki ginjal bercabang menuju lobus. Ureter sebenarnya pendek dan lurus, bermuara kedalam uredeum medial dari duktus deferens pada hewan jantan, dan medial dari oviduktus pada hewan betina.
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas.
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja.
Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni:
1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :
 Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis.
 Tunika submukosa tidak jelas
 Lamina propria beberapa lapisan
 Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit noduli limfatiki kecil, dalam jaringan ikat longgar
 Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur.
2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum
3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar

3. VESIKA URINARIA (KANTONG KEMIH)
Kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua belah ginjal Urine ditampung kemudian dibuang secara periodik.
Struktur histologi :
1. Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel.
2. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa.
3. Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar.
4. Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus.
5. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf

4. URETRA
Berupa saluran yang menyalurkan urine dari kantong seni keluar tubuh. Pada hewan jantan akan mengikuti penis, sedangkan pada hewan betina mengikuti vestibulum.
Sistem Urinaria pada Unggas
Beberapa perbedaan dengan mamalia tampak jelas antara lain :
1. Bentuk ginjal yang agak komplek, terdiri atas tiga sampai empat lobus
2. Tidak memiliki vesika urinaria dan urethra jadi urine dari ureter langsung masuk kloaka (urodeum)
3. Urine yang dihasilkan agak kental, sedangkan pada mamalia bersifat lebih cair.
4. Pada ayam terdapat sepasang ginjal multilober yang erat hubungannya dengan kilumna vertebralis dan ilia, terletak pada bagian kaudal dari paru-paru. Warnanya kecoklatan dan konsistensinya lunak sehingga mudah rusak pada proses pengeluaran dari tempatnya.
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

1 komentar:

  1. List of best casinos to play slot machines in 2021
    Slot Machines 해외 축구 스코어 — The Best Casino to Play Slot 블랙 잭 규칙 Machines in 2021 블랙 벳 · 10. Ignition Casino · 9. Betway Casino 토토 사이트 모음 · 식스 먹튀 8. Vegas Crest Casino · 7.

    BalasHapus